Jumat, 11 Januari 2013

Alkisah, di suatu pulau kecil
tinggallah berbagai benda
abstrak ada CINTA, kesedihan,
kegembiraan, kekayaan,
kecantikan dan sebagainya.
Mereka hidup berdampingan
dengan baik. Namun suatu
ketika, datang badai
menghempas pulau kecil itu dan
air laut tiba-tiba naik dan akan
menenggelamkan pulau itu.
Semua penghuni pulau cepat-
cepat berusaha menyelamatkan
diri. CINTA sangat kebingungan
sebab ia tidak dapat berenang
dan tidak mempunyai perahu. Ia
berdiri di tepi pantai mencoba
mencari pertolongan. Sementara
itu air semakin naik membasahi
kakinya.
Tak lama CINTA melihat kekayaan
sedang mengayuh perahu,
Kekayaan! Kekayaan! Tolong
aku!, teriak CINTA Aduh! Maaf,
CINTA!, kata kekayaan Aku tak
dapat membawamu serta nanti
perahu ini tenggelam. Lagipula
tak ada tempat lagi bagimu di
perahuku ini. Lalu kekayaan
cepat-cepat pergi mengayuh
perahunya. CINTA sedih sekali,
namun kemudian dilihatnya
kegembiraan lewat dengan
perahunya. Kegembiraan! Tolong
aku!, teriak CINTA. Namun
kegembiraan terlalu gembira
karena ia menemukan perahu
sehingga ia tak dapat
mendengar teriakan CINTA. Air
semakin tinggi membasahi CINTA
sampai ke pinggang dan CINTA
semakin panik.
Tak lama lewatlah kecantikan
Kecantikan! Bawalah aku
bersamamu!, teriak CINTA Wah,
CINTA kamu basah dan kotor.
Aku tak bisa membawamu pergi.
Nanti kau mengotori perahuku
yang indah ini, sahut kecantikan.
CINTA sedih sekali
mendengarnya. Ia mulai
menangis terisak-isak. Saat itulah
lewat kesedihan Oh kesedihan,
bawlah aku bersamamu!, kata
CINTA. Maaf CINTA. Aku sedang
sedih dan aku ingin sendirian
saja.., kata kesedihan sambil
terus mengayuh perahunya.
CINTA putus asa.
Ia merasakan air makin naik dan
akan menenggelamkannya. Pada
saat kritis itulah tiba-tiba
terdengar suara CINTA! Mari
cepat naik ke perahuku! CINTA
menoleh ke arah suara itu dan
cepat-cepat naik ke perahu itu,
tepat sebelum air
menenggelamkannya. Di pulau
terdekat, CINTA turun dan perahu
itu langsung pergi lagi. Pada saat
itu barulah CINTA sadar bahwa ia
sama sekali tidak mengetahui
siapa yang menolongnya. CINTA
segera bertanya pada penduduk
pulau itu. Yang tadi adalah
WAKTU, kata penduduk itu Tapi,
mengapa ia menyelamatkan aku?
Aku tidak mengenalinya. Bahkan
teman-temanku yang
mengenalku pun enggan
menolong tanya CINTA heran
Sebab “HANYA WAKTULAH YANG
TAHU BERAPA NILAI

SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU”.