Tidak aka ada orang yang tahu apa
yang sedang kualami. Langit pun ikut mendung dibalik awannya, Tersisip jutaan liter air yang akan mendarat
ke muka bumi. Burung burung segera kembali kerumahnya, takut akan serangan yang
akan menimpa hidup mereka. Orang orang sibuk dengan kain di luaran rumah, dan
segera berlari menuju tempat untuk berteduh.
Berbeda dengan aku. Aku terdiam
terpaku dibalik dinding kamar yang tipis ini, sebut saja dengan kos kosan. Aku
sendiri, tanpa seorang pun yang menemaniku. Tak ada yang tahu tangis ku, tak
ada yang tahu perih dan pedih nya batin hatiku. Serta tubuh ku ikut merasakan
sakitnya hidup didunia ini.
Aku tak tahu, apakah Tuhan melihatku, mendengar ku, ataupun meresponku.
Yang kutahu ini sakit!!! Sakitnya tak tertahan kan. Aku hanya mampu menangis,
menangisi kehidupan ku. Sakit ku, kumat seketika, ini bukan kusengaja, tetapi
ini merupakan hal yang biasa kuhadapi. Tapi kali ini aku sendiri. Asma, ya
asma. Penyakit yang sudah kualami sejak aku lahir. Nafas ku tersendat-sendat
seakan terputus. Tubuh ku jatuh ke lantai seperti kejang-kejang. Bola mata ku
bersembunyi dibalik selaput putih mataku. Aku tak bisa mengontrol nafasku, “Tuhan
tolong aku, bantu aku sekarang”! Teriak ku didalam hati kepada Tuhan. Seseorang
datang menghampiriku, membantu agar nafas ku dapat masuk dan keluar seperti
manusia normal biasanya. “tenang Nur, ambil nafas seperti biasanya, relaks!
Jangan mau kalah dengan sakit mu, Tuhan beserta mu”!. Teriak gadis itu
kepadaku.
Aku coba melakukan ucapan gadis
itu, aku tak ingat lagi siapa namanya, hanya suara nya yang mampu kudengar,.
Sebab bola mataku tak mampu melihat saat itu. Semakin ku mencoba, semakin
terasa ringan. Tubuh ku mulai lemas dan tak kejang seperti sebelumnya. Aku
sadar dibalik asma ku. Kini ku mengetahui siapa gadis itu, dia teman 1 kelas
ku, yang datang untuk memberitahuku tugas esok hari. Segera ku tersenyum
kepadanya, dialah malaikat yang mampu menolong ku saat itu, “Trimah kasih
Tuhan”! ucap ku dalam hati.
***
Namaku nurhayani, aku seorang
pelajar kelas 11 di SMA swasta yang ada di kota Tebing tinggi. Aku menimbah
ilmu dikota mungil ini, sendiri. Itu berkat orangtua ku, agar mengajarku untuk
mandiri disegala hal, baik penyakitku maupun di keluarga. Di tempat kelahiran
ku, desa, tingkat pendidikan belum setinggi di kota ini. Hal itu juga yang
menyebabkan aku harus belajar dengan sungguh demi kebanggan orangtua ku.
Aku tidak memiliki ayah sejak kelas
8 SMP, ayah ku mengidap penyakit kanker hati. Sehingga ia harus meninggalkan
ku, mama dan beserta ke 4 orang adikku. Mama ku yang hanya seorang petani,
harus sendirian berjuang demi aku dan ke 4 adik adik ku. Aku anak tertua
dikeluarga ini. Itu sebabnya peran ku harus berat, tetapi karena ibu mengetahui
kelemahan ku, aku mengidap penyakit asma, dan maag, dia mengerti dengan keadaan ku. Ibuku
mengidap penyakit rematik, yang sudah mulai muncul sejak kepergian ayahku.
Mungkin ibu ku berpura-pura dibalik senyum nya setiap hari, memendam sakitnya.
Tapi itu semua karena keyakinan ,sehingga ibuku bertahan hingga saat ini.
***
Tringgggggggg!!! Tringgggg!!! Bunyi
suara alarm dari handphone ku. Segera aku bangkit dan mematikan alarm tersebut.
Jam menunjukkan pukul 06:00. aku duduk dan berdoa di pagi ini, mengucap syukur
kepada Tuhan untuk nafas kehidupan yang baru, semoga hariini dapat berjalan
dengan baik.
Aku tiba disekolah, pukul 07:06. Aku
tidak telat. Kujalani pagi hari ini dengan lancar, dan akhirnya berlalu dengan
baik.
Di rabu pagi , Grace teman sekelas yang
menolongku pada saat aku kumat di kosan, dia mengajak ku untuk menginap
dirumahnya pada malam kamis. Mungkin suatu keberuntungan buatku, agar ada teman
yang menemaniku, pikir ku dan menyetujui hal itu.
Saat malam tiba dirrumah Grace, Grace
yang saat itu yang mulai ingin mengenalku, yang belum tahu bagaimana keadaan
ku, bercerita bersama sama denganku. Aku tak banyak cakap, ternyata sesak nafas
ku datang! Aku tiba-tiba diam ditengah perbincangan kami.
Nur, Nurrrrrrrr!! Kau kenapa?? Tanpa
pikir panjang, Grace membantuku menetralkan nafas melalui perkataannya lagi. Ku
coba, kucoba samapai aku tenang dan sadar.
Terlihat jelas, kali ini air mata keluar dari kelopak mataku, keluar
begitu deras. Aku menangis ketika aku telah tenang. Aku menangis tepatnya
dipundak Grace, temanku. Tapi Grace terus menenangkan ku. Terucap kata dari
mulutku kepada Grace. “Grace, aku sakit, aku bosan, aku lelah, bahkan aku tak
sanggup lagi untuk jalanin hidup didunia ini lagi. Aku itu hidup serasa gak ada
gunanya. Lihatlah, Aku gak pernah bahagiain mamaku, aku itu cuman nyusahin
mereka, aku cuman bisa membuat mamaku meneteskan air mata. Buat apa aku harus
hidup lagi, kenapa Tuhan nggak ambil aku aja?? Kenapa??? Aku mau ikut sama ayah
aja, aku kangen ayahku, aku gak mau buat
luka terlalu lama di mamaku, aku seharusnya mati Grace, MATIIIII”!!! Teriakan
Nurhayani kepada Grace saat itu.
“kau tau gak Nur, Tuhan
itu baik, baik sekali buat kita. Tuhan gak akan pernah ngasih cobaan yang gak biisa
dilalui hambanya. Tuhan gak akan tinggalin kau!!! Kau liat sekarang hingga
detik ini aja, kau masih mampu bertahan, jadi Tuhan masih menyertai mu! Tuhan
udah sediakan, waktu dimana kau harus bahagia dan banggain orangtua mu, itu gak
sekarang, nanti!! Aku benci liat kau ngeluh!! Benci !! seharusnya kau semangat,
masih ada teman0teman yang akan menemani mu dikala kau sedih, yang penting
tetap mendekatkan diri kepada Tuhan, jangan pernah lepas dari Tuhan !!
Air mata keluar dari bola mata
Grace, seakan akan ia ikut merasakan sakit nya yang kualami. Tapi ku yakin itu
nilai pengertiannya buatku. Aku memeluk dia dengan kasih, “terimah kasih untuk
hidupmu yang masih mau menemaniku, walaupun aku sakit, berjanjilah aka nada
disaat indah maupun duka” ucapku.
***
Aku lalu menceritakan kehidupan ku
dari kecil hingga detik ini, menceritakan tentang orangtua dan adik-adikku. Tak
lupa Grace member ku semangat, semangat yang luar biasa aku temukan dari
seorang teman. Luar biasa Tuhan, memberikan ku seorang teman sepertinya. Disaat
aku butuh dia selalu ada.
***
7 tahun kemudian
Matahari secarah hatiku, awan
putih menutupi jagatraya yang terbentang luas, burung-burung keluar dari
sangkarnya dengan siulan yang merdu, menyanyikan indahnya pagi ini. Daun-daun
melambai-lambaikan tubuhnya dengan angin sepoi sepoi. Terlihat jelas pagi ini
sungguh bermakna, teringat dengan ucapan
Grace 7 tahun yang lalu, bahwa bahagia kan datang menjemputku suatu saat.
Kini aku telah menjadi seorang Dosen
di suatu Universitas Negeri yang ada di Kota Medan, fakultas Gizi. Sakitku
dengan berjalan nya waktu dan semangatku telah lenyap dimakan waktu. Aku telah
menyelesaikan sekolahku tamatan S2 di German. Ini semua karena berkat Tuhasn,
dia yang membimbingku higga aku mendapat beasiswa S2 di Negara yang diimpikan
oleh ayah dulu. Sungguh suatu muzizat dihidupku, menyelamatkan ku, menolongku.
Begitu juga dengan ibunda tercinta ku, yang senyum tangisnya mampu kubayar
dengan keberhasilan ku. Kini usahaku untuk menyekolahkan adik-adikku kejenjang
yang lebih tinggi lagi.
***
Telah lama aku dan Grace
bersahabat, sejak dimana dia mulai mendekatiku. Kini aku menantikan dia, untuk
tertawa menangis bersama, bercerita tentang itu. Grace sekarang berada di
Belanda. Yang saat ini di fakultas
Dokter di Negara kincir. Grace, aku rindukan suasana kita dulu, kapan kita kan
bertemu lagi?? Kuharap secepatnya kita kan bahagia bersama, aku sayang sahabat,
mama papa dan adik-adikku.
***