Sabtu, 12 Oktober 2013

SENYUMAN DAN TANGIS

                       

              Tidak aka ada orang yang tahu apa yang sedang kualami. Langit pun ikut mendung dibalik awannya,  Tersisip jutaan liter air yang akan mendarat ke muka bumi. Burung burung segera kembali kerumahnya, takut akan serangan yang akan menimpa hidup mereka. Orang orang sibuk dengan kain di luaran rumah, dan segera berlari menuju tempat untuk berteduh.
               Berbeda dengan aku. Aku terdiam terpaku dibalik dinding kamar yang tipis ini, sebut saja dengan kos kosan. Aku sendiri, tanpa seorang pun yang menemaniku. Tak ada yang tahu tangis ku, tak ada yang tahu perih dan pedih nya batin hatiku. Serta tubuh ku ikut merasakan sakitnya hidup didunia ini.
            Aku tak tahu, apakah Tuhan melihatku, mendengar ku, ataupun meresponku. Yang kutahu ini sakit!!! Sakitnya tak tertahan kan. Aku hanya mampu menangis, menangisi kehidupan ku. Sakit ku, kumat seketika, ini bukan kusengaja, tetapi ini merupakan hal yang biasa kuhadapi. Tapi kali ini aku sendiri. Asma, ya asma. Penyakit yang sudah kualami sejak aku lahir. Nafas ku tersendat-sendat seakan terputus. Tubuh ku jatuh ke lantai seperti kejang-kejang. Bola mata ku bersembunyi dibalik selaput putih mataku. Aku tak bisa mengontrol nafasku, “Tuhan tolong aku, bantu aku sekarang”! Teriak ku didalam hati kepada Tuhan. Seseorang datang menghampiriku, membantu agar nafas ku dapat masuk dan keluar seperti manusia normal biasanya. “tenang Nur, ambil nafas seperti biasanya, relaks! Jangan mau kalah dengan sakit mu, Tuhan beserta mu”!. Teriak gadis itu kepadaku.
              Aku coba melakukan ucapan gadis itu, aku tak ingat lagi siapa namanya, hanya suara nya yang mampu kudengar,. Sebab bola mataku tak mampu melihat saat itu. Semakin ku mencoba, semakin terasa ringan. Tubuh ku mulai lemas dan tak kejang seperti sebelumnya. Aku sadar dibalik asma ku. Kini ku mengetahui siapa gadis itu, dia teman 1 kelas ku, yang datang untuk memberitahuku tugas esok hari. Segera ku tersenyum kepadanya, dialah malaikat yang mampu menolong ku saat itu, “Trimah kasih Tuhan”! ucap ku dalam hati.
                                                                   ***
            Namaku nurhayani, aku seorang pelajar kelas 11 di SMA swasta yang ada di kota Tebing tinggi. Aku menimbah ilmu dikota mungil ini, sendiri. Itu berkat orangtua ku, agar mengajarku untuk mandiri disegala hal, baik penyakitku maupun di keluarga. Di tempat kelahiran ku, desa, tingkat pendidikan belum setinggi di kota ini. Hal itu juga yang menyebabkan aku harus belajar dengan sungguh demi kebanggan orangtua ku.
            Aku tidak memiliki ayah sejak kelas 8 SMP, ayah ku mengidap penyakit kanker hati. Sehingga ia harus meninggalkan ku, mama dan beserta ke 4 orang adikku. Mama ku yang hanya seorang petani, harus sendirian berjuang demi aku dan ke 4 adik adik ku. Aku anak tertua dikeluarga ini. Itu sebabnya peran ku harus berat, tetapi karena ibu mengetahui kelemahan ku, aku mengidap penyakit asma, dan maag,  dia mengerti dengan keadaan ku. Ibuku mengidap penyakit rematik, yang sudah mulai muncul sejak kepergian ayahku. Mungkin ibu ku berpura-pura dibalik senyum nya setiap hari, memendam sakitnya. Tapi itu semua karena keyakinan ,sehingga ibuku bertahan hingga saat ini.
                                                                   ***
           Tringgggggggg!!! Tringgggg!!! Bunyi suara alarm dari handphone ku. Segera aku bangkit dan mematikan alarm tersebut. Jam menunjukkan pukul 06:00. aku duduk dan berdoa di pagi ini, mengucap syukur kepada Tuhan untuk nafas kehidupan yang baru, semoga hariini dapat berjalan dengan baik.

          Aku tiba disekolah, pukul 07:06. Aku tidak telat. Kujalani pagi hari ini dengan lancar, dan akhirnya berlalu dengan baik.
           Di rabu pagi , Grace teman sekelas yang menolongku pada saat aku kumat di kosan, dia mengajak ku untuk menginap dirumahnya pada malam kamis. Mungkin suatu keberuntungan buatku, agar ada teman yang menemaniku, pikir ku dan menyetujui hal itu.
          Saat malam tiba dirrumah Grace, Grace yang saat itu yang mulai ingin mengenalku, yang belum tahu bagaimana keadaan ku, bercerita bersama sama denganku. Aku tak banyak cakap, ternyata sesak nafas ku datang! Aku tiba-tiba diam ditengah perbincangan kami.
           Nur, Nurrrrrrrr!! Kau kenapa?? Tanpa pikir panjang, Grace membantuku menetralkan nafas melalui perkataannya lagi. Ku coba, kucoba samapai aku tenang dan sadar.   Terlihat jelas, kali ini air mata keluar dari kelopak mataku, keluar begitu deras. Aku menangis ketika aku telah tenang. Aku menangis tepatnya dipundak Grace, temanku. Tapi Grace terus menenangkan ku. Terucap kata dari mulutku kepada Grace. “Grace, aku sakit, aku bosan, aku lelah, bahkan aku tak sanggup lagi untuk jalanin hidup didunia ini lagi. Aku itu hidup serasa gak ada gunanya. Lihatlah, Aku gak pernah bahagiain mamaku, aku itu cuman nyusahin mereka, aku cuman bisa membuat mamaku meneteskan air mata. Buat apa aku harus hidup lagi, kenapa Tuhan nggak ambil aku aja?? Kenapa??? Aku mau ikut sama ayah aja, aku  kangen ayahku, aku gak mau buat luka terlalu lama di mamaku, aku seharusnya mati Grace, MATIIIII”!!! Teriakan Nurhayani kepada Grace saat itu.
“kau tau gak Nur, Tuhan itu baik, baik sekali buat kita. Tuhan gak akan pernah ngasih cobaan yang gak biisa dilalui hambanya. Tuhan gak akan tinggalin kau!!! Kau liat sekarang hingga detik ini aja, kau masih mampu bertahan, jadi Tuhan masih menyertai mu! Tuhan udah sediakan, waktu dimana kau harus bahagia dan banggain orangtua mu, itu gak sekarang, nanti!! Aku benci liat kau ngeluh!! Benci !! seharusnya kau semangat, masih ada teman0teman yang akan menemani mu dikala kau sedih, yang penting tetap mendekatkan diri kepada Tuhan, jangan pernah lepas dari Tuhan !!
            Air mata keluar dari bola mata Grace, seakan akan ia ikut merasakan sakit nya yang kualami. Tapi ku yakin itu nilai pengertiannya buatku. Aku memeluk dia dengan kasih, “terimah kasih untuk hidupmu yang masih mau menemaniku, walaupun aku sakit, berjanjilah aka nada disaat indah maupun duka” ucapku.
                                                                     ***

             Aku lalu menceritakan kehidupan ku dari kecil hingga detik ini, menceritakan tentang orangtua dan adik-adikku. Tak lupa Grace member ku semangat, semangat yang luar biasa aku temukan dari seorang teman. Luar biasa Tuhan, memberikan ku seorang teman sepertinya. Disaat aku butuh dia selalu ada.
                                                                     ***
7 tahun kemudian

             Matahari secarah hatiku, awan putih menutupi jagatraya yang terbentang luas, burung-burung keluar dari sangkarnya dengan siulan yang merdu, menyanyikan indahnya pagi ini. Daun-daun melambai-lambaikan tubuhnya dengan angin sepoi sepoi. Terlihat jelas pagi ini sungguh bermakna, teringat  dengan ucapan Grace 7 tahun yang lalu, bahwa bahagia kan datang menjemputku suatu saat.
           Kini aku telah menjadi seorang Dosen di suatu Universitas Negeri yang ada di Kota Medan, fakultas Gizi. Sakitku dengan berjalan nya waktu dan semangatku telah lenyap dimakan waktu. Aku telah menyelesaikan sekolahku tamatan S2 di German. Ini semua karena berkat Tuhasn, dia yang membimbingku higga aku mendapat beasiswa S2 di Negara yang diimpikan oleh ayah dulu. Sungguh suatu muzizat dihidupku, menyelamatkan ku, menolongku. Begitu juga dengan ibunda tercinta ku, yang senyum tangisnya mampu kubayar dengan keberhasilan ku. Kini usahaku untuk menyekolahkan adik-adikku kejenjang yang lebih tinggi lagi.
                                                                     ***
            Telah lama aku dan Grace bersahabat, sejak dimana dia mulai mendekatiku. Kini aku menantikan dia, untuk tertawa menangis bersama, bercerita tentang itu. Grace sekarang berada di Belanda. Yang saat ini  di fakultas Dokter di Negara kincir. Grace, aku rindukan suasana kita dulu, kapan kita kan bertemu lagi?? Kuharap secepatnya kita kan bahagia bersama, aku sayang sahabat, mama papa dan adik-adikku.



                                                                      ***